GPS


Namanya anak-anak, apalagi bungsu saya sekalipun badannya jauh lebih besar dari bapaknya, tetap saja kami perlakukan seperti anak kecil. Belakangan dia ribut mau ke Sukabumi dalam rangka kegiatan perpetaan di sekolahnya.

Yang tidak saya sangka dia perlu GPS untuk pemetaan. Padahal jaman kami dulu sekedar Teodolit, Daftar Logaritma, pensil dan kertas, selesai sekalipun sekolah saya tidak selesai keburu ditawari kerja oleh sohib-sohib saya.

Lalu perburuanpun dimulai. Layaknya anak militer, maka rencana cadangan adalah andai GPS tidak diperoleh maka hp saya, bapaknya yang memang dilengkapi dengan GPS akan dipinjam sekalipun mungkin lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya.

Menimbang HP tidak didesign sebagai alat keluar masuk hutan yang sedang musim hujan. Atau dengan bahasa lugas, kalau mau memotret, beli kamera, bukan pakai kamera HP sebab selain mahal hasilnya dibawah standar. Apapun kata iklannya.

Tentu saja saya juga memanfaatkan milis sebagai sarana cari tahu sebab para kataman dan khatamawati soal GPS berjibun disini. Satu persatu tulisan masuk, beberapa alamat diberikan baik yang online maupun offline. Bahkan beberapa artikel panjang lebar dikirimkan ke milis yang saya asuh.

Intinya kalau sewa jatuhnya mahal dan jarang tersedia. Maksudnya begini, kalau sewa per bulan minimal 1 juta, kalau beli sekitar 1-2 juta. Kalau sewa lalu rusak atau hilang maka sudah jatuh GPS ketimpa tangga bayar ganti rugi pesawat.

Tetapi untuk mendidik anak, saya biarkan dia kelimpungan cari GPS. Mula-mula dengan langkah tegap dia bilang teman-temannya punya koneksi bisa pinjam GPS sampai tipe Colorado yang kumplit plit. Tetapi dua hari berlalu, mukanya seperti tentara “kepala lele” habis berendam di rawa menjalankan latihan pengintaian. Lesu.

Satu pembelajaran yang belum juga diresapinya, rumahnya boleh jadi bertahun-tahun tempat menginap teman-temannya, tidur dengan AC sepanjang mereka mau, ada fasilitas PS, computer dengan internet terhubung, plus makan, bahkan ada yang minta dibelikan rokok sekalipun anak saya tidak merokok, boleh menggunakan mobil bapaknya yang sekedar kuli minyak. Tidak jarang Satrio pulang dengan muka bengap – rupanya habis berkelahi dan selalu karena membela teman-temannya.

Saya sengaja menulis “sekedar kuli minyak,” sebab ada orang tua temannya yang sekali waktu tahu kerja ayah adalah – MudLogger – spontan wajahnya menunjukkan sikap meremehkan. Saya bisanya menenangkannnya dengan kata-kata jadul “Low Profile Job but High Profit.”

Namun saat keadaan dibalik dimana seharusnya ia bekerja sama dengan teman-temannya, Satrio seperti satu mahluk dari ruang angkasa. Lantas mana teman-teman yang ayahnya High Profile Job tadi. Ngacir.

Dan manakala kami menyentil soal pertemanan dengan azas “win win solution” – wajahnya menunjukkan tidak suka. Tapi kalau nanti pakai uang keringatnya sendiri, barangkali cerita akan lain.

Sebagai bapak, saya juga diam diam cari tahu. Di Bandung. Jakarta persewaan mematok 1 juta per bulan, pakai garansi dan setelah dicecar – jawabannya “barang sedang tidak tersedia…”

Lalu mulai saya tilpun beberapa toko maya dengan pajangan gede “On The Stock” disertai harganya. Kalau mau beli tinggal dimasukkan trolley. Semudah ABC – kata orang bule.

Dapat beberapa merek, saya mencoba menghubungi bagian penjualan. Drama mulai digelar sebab kalau ditegesin para sales terbatuk-batuk “tunggu pak” sambil tak lupa meminta nomor HP saya. Realitanya – ewes-ewes, hilang beritanya.

Setelah menunggu dua jam saya tilpun kembali dan celakanya selalu menanyakan “PIC” alias nama personal in charge yang melayani saya pertama kali. Celaka tambahan sekalipun kuping saya “antene pendek” ketika CSO menyebut namanya. Paling jelas adalah “ada yang bisa saya bantu..”

Sambil menunggu “barang dicek digudang” – saya tidak lelah mencari informasi lain. Dan masukan dari teman-teman sangat berharga sekali.

Tiba-tiba SMS mendenging, “tipe yang bapak cari tidak ada, bagaimana tipe yang lain dan sedikit lebih mahal.”

Saya sudah tidak main berhitung, pokoknya saya jawab via SMS “boleh, saya beli satu…:”

Namun pesan singkat saya “bagaimana cara saya memperoleh GPS?,” berbuah jawaban diluar dugaan “GPS sudah built in dalam alat tersebut.”

Herannya saya oknum penjual tidak pernah menjawab panggilan suara, tetapi sigap kalau ber SMS. Taktik saya ubah dengan mengatakan bahw saya ada di Cilandak, Jakarta Selatan. Lalu panggilan berikutnya kami saling tele wicara.

Salah satu pertanyaannya adalah “kapan GPS dibutuhkan,” ketika saya menjawab hari ini juga. Maka jawaban berikut sudah diduga, GPS harus diambil di gudang (mungkin gudang dealer), dan membutuhkan waktu sekian hari dst..dst.

Tembok batu sudah saya temui sekarang. Kami batalkan transaksi dan saya mulai memutar nomor satu persatu sampai akhirnya dapat disatu tempat di lantai dasar Taman Anggrek sekalipun bukan tipe yang direkomendasikan teman-teman.

Satrio yang sedang cari “pinjeman” saya atur agar ke Taman Anggrek dan melupakan ojokan temannya “cuma dipakai sekali ngapain beli, pinjem saja,” sebab mau beli saja susah apalagi pinjem (pakai e).

Melalui ujung tilpun Satrio bilang dengan suara cedal, “teknisinya bodok, GPS dibawa keluar tetapi power tidak di aktipkan” – dengan kata lain, sulit mendapatkan bantuan teknis bagaimana mengoperasikan alat ini. Tapi tak mengapa, dari dulupun kita memang disuruh memilih tanpa pilihan. Untung sang teknisi jago “jual” – katanya “GPS tidak pakai map sih sama aja boong, dan peta harus dimasukkan dengan membayar sejumlah uang. Namun problem muncul, jenis yang dipilih satrio tidak memiliki feature memory card, dan saya harus menambah sejumlah uang untuk pembelian memory card dan jenis GPS yang memiliki fasilitas slot memori tambahan.

Sehubungan sang pemilik memiliki Internet Banking, dari kejauhan saya transfer pakai HP, dan setelah uangnya masuk (dengan menambahkan satu rupiah dibelakang angka yang harus dibayarkan, sebagai kode uang tersebut dari saya..”

Selesai sudah tugas seorang bapak. Saya pikir selesai. Tahu-tahu ada sms tambahan, dari kantor langsung ke Mal, Satrio perlu pensil warna, obat, charger, batterei untuk keperluan pemetaannya. Yang tersirat dibalik surat singkat adalah “makan malam di Rice Bowl” usai shopping. Apalagi setelah selesai beklanja dia bilang “aku lapar sekali pa, dari pagi belum makan sebab tegang mencari GPS.”

Episode diatas sebetulnya cara lain mengajari Satrio secara praktikum, layaknya seorang ayah kalau anaknya mendapat kesukaran (eng ing eng), dan semua fasilitas yang ia dapatkan adalah hasil sebuah usaha ayahnya belajar dan bekerja. Mudah mudahan dibelakang hari manakala ia sudah berkeluarga, apa yang pernah dicontohkan ayahnya dapat dijadikan pegangan.

3 thoughts on “GPS

  1. Setyo menulis:

    Pak De Mimbar, Saya gak tahu persis hubungannya antara GPS dg pemetaan yg dibutuhkan anak sampeyan. Saya punya GPS merk garmin nuvi-200, saya pakai untuk penunjuk jalan kalau pulang ke jawa, atau kalau menuju tempat2 yg bener2 saya gak tahu daerahnya, maklum selalu kesasar2.
    GPS ini sangat membantu saya dalam perjalanan, apalagi untuk daerah yg sama sekali belum kita ketahui, ini bisa menunjukkan tempat, jalan secara benar dan detail, cuman alat ini masih belum bisa membedakan jalan yg perboden, mungkin perlu di update kali……

    Mungkin untuk keperluan anak sampeyan, bukan seperti yg saya punya, sebab sepengetahuan saya seperti yg saya lihat, untuk keperluan pemetaan bentuknya sederhana, saya lupa typenya.

    Pak De Mimbar emang sayang selalu sayang anak ………, kalau mau beli yg sesuai dg keperluan anak sampeyan sebaiknya tanya saja ke alamat ini

    BOB Menulis
    Hellow Mas Miem,

    Ngomong2 soal GPS, kebetulan saya baru beli GPS Garmin Type GPS Map 60CSX. Sebenarnya banyak jenis GPS yang ada dipasar, seperti biasa dari yang sederhana sampai yang nggilani cuanggihnya.

    Yang paling simple adalah GPS dengan kemampuan dasar untuk me-locate posisi kita dan mencatatnya/me-record-nya dalam suatu catatan perjalanan (track record), sebenarnya inilah fungsi utama dari GPS. Ini biasanya tanpa tampilan peta (background peta), hanya titik2 sesuai catatan perjalanan kita (marked) dengan kordinatnya.

    Untuk kebutuhan mapping mungkin GPS sederhana seperti ini saya pikir cukup, karena hanya kebutuhan akan kordinat titik lokasi yang diperlukan, dengan sistem kordinat yang tersedia (Lat-Long, UTM, dll dengan sistem WGS84, Bessel dll..). Jelas dia juga dapat berfungsi sebagai kompas (tapi bukan kompas geologi tentunya..), dan ada beberapa yang sudah dilengkapi dengan altimeter, dan barometer.

    Yang saya miliki sedikit saja lebih lengkap. Merek Garmin adalah merek yang cukup populer di Indonesia, lebih dikarenakan koleksi peta yang dimiliki atau kompatibel dengan Garmin cukup banyak dan mudah didapat di Indonesia (maksudnya bajakannya), mungkin hal ini yang perlu diperhatikan. Untuk lebih gampang mengenali Garmin, biasanya keluaran Garmin dengan kemampuan tampilan peta memiliki kode Map dan/atau C dalam serinya (mis: Garmin Etrex LegendC, Map 60CSX, Map 76CSX). Maksudnya adalah pada layar GPS akan tertampil peta (bisa peta topo, peta jalan, or citra satelit, tergantung download or peta yang dimiliki) sebagai background, lantas akan tertampil posisi kita pada/diatas peta tersebut.

    Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ke-akurasian dari positioning GPS tersebut. GPS keluaran terakhir biasanya meng-klaim ketepatan hingga 5 meter, saya pikir itu cukup banget, lha wong waktu liburan kemaren GPS saya, saya pakai untuk me locate makam leluhur saya di randublatung, dekat cepu sana…

    Masalah track record, setaip GPS beda2, antara 10-20 track record, dengan setiap track record memiliki kemampuan untuk menyimpan s/d 500 point/titik lokasi. Untuk GPS keluaran terakhir biasanya punya fasilitas usb sehingga data2 bisa kita d/l ke komputer, dan sebaliknya. Untuk maping geologi, saya pikir 1 hari maksimal kita bisa dapet 50 lokasi/titik pengamatan, jadi data bisa kita d/l ke laptop setiap hari atau bisa setiap 10-20 hari sekali. Itu bisa termasuk data ketinggiannya sesuai dengan bacaan pada altimeter, jadi bisa kita cek pada peta topo konvensional.

    Untuk power, umumnya gps memakai battery biasa, kebanyakan type AA berjenis alkaline, dengan lama pakai sekitar 18 jam. Jangan kawatir, kemampuan auto save gps masa kini dapat diandalkan, sehingga kita tidak kawatir akan kehilangan data jika battery habis, kecuali gps-nya hilang. Beberapa gps juga sudah memiliki slot untuk memory card, sehingga bisa kita simpan data kedalam media tersebut.

    Saya uji coba gps saya sewaktu tour de jawa liburan kemaren. Untuk tipe yang saya beli, Garmin GPSMap 60 CSX, sudah termasuk peta dasar indonesia (bukan peta topografi), dengan peta cukup detil (nama jalan, sungai) hanya pada kota2 besar di jawa saja. Jalan utama dan kota2 di Jawa (saya berangkat via pantura, kembali via jalur selatan) sudah masuk, sayangnya sungai2 besar tidak masuk didalam map yang tesedia, namun peta kota semarang, yogyakarta tersedia dengan cukup detil (sampai kali code, selokan mataram ada tertera). Track record saya terdeteksi dengan tepat pada peta yang tersedia. Berbeda dengan perjalanan saya ke sumatra/palembang-prabumulih, track record saya shifting cukup jauh pada peta yang tersedia, hal itu mungkin saya belum meng-kalibrasi gps saya dengan posisi lokal.

    Jadi, untuk gps rule of tumb-nya adalah harga, semakin canggih semakin mahal harganya. Mungkin untuk basic mapping geologi, GPS yang sederhana saja mungkin sudah cukup, dengan catatan tambahan, sebaiknya dia punya kemampuan waterproof.., maklum to untuk maping biasanya ada lintasan basah via sungai or paling sial hujan deras..

    Selamat berburu GPS untuk putra tercinta..
    Bisa melalui jalur maya dulu, silahkan klik di http://www.bhinneka.com or http://www.tokopda.com

    Salam,
    bob

    IS Menulis
    Kang Mimbar,

    Teodolit yang duluuuuuu pernah kita gunakan dalam praktikum lapangan ukur tanah/ geodesi tahun 70 an dipakai untuk membuat peta topografi/ peta dasar, hasilnya adalah garis2 yang me-liuk kayak cacing dengan masing2 garis tercantum perbedaan ketinggian.

    Beberapa rekan penggenjot sepeda alias MTBers suka menggunakan GPS untuk mem plot rute yang mereka lalui baik dengan peta dasar dari Bakosurtanal maupun peta Google. Hasilnya kemudian mereka sebarkan dalam milis ataupun dimasukkan dalam blogspot mereka, sehingga setiap biker yang mau melewati jalur tsb bisa memanfaatkan hasil GPS tsb.

    Itu antara lain perbedaan antara teodolit dan GPS. Nah mungkin putra kesayangan ini mau menggunakan GPS dengan peta dasar dari Bakosurtanal hasil dari foto udara, untuk pemetaan geologi.

    Semua GPS utk outdoor tahan air dgn baterai tahan dipakai puluhan jam menyala terus, sedang HP yg difungsikan sbg GPS baterainya akan segera tewas setelah dipakai bbrp jam saja.

    Terlampir adalah contoh hasil plot GPS seorang teman di trek alam Rindu Alam/ Puncak – yang merupakan trek terindah dan terkenal di Jawa dan selalu ramai dirambah pada hari Sabtu & Minggu pagi – dan trek Gn.Palasari, BDG, pada peta topografi maupun peta Google, menggunakan GPS Garmin jenis eTrek. Adanya altimeter juga bisa digunakan untuk memplot perbedaan ketinggian jalur yang dilalui.

    Wassalam,

    IS.

    Bozz,

    Kalau sewa GPS banyak, masalahnya sayang jatuhnya mahal, beli aja juga tidak terlalu mahal, sebagai gambaran yang paling canggih (bisa langsung di plot ke lap top dan ada peta Indonesia beserta kota2 besar di Indonesia) harganya sekitar 3,8 jt an
    Kalau yang sederhana lebih murah, GPS sekarang sudah bukan barang mewah,

    salam,

    Kresna wardhana

    Mas Mimbar,

    Kalau tidak salah GPS yang merk MIO sekitar 2.7 (3.5″) – 3.5 jeti (4.3″). Tapi saya gak tau apa ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sang putra tersayang. Ada yang jadi satu dgn HP mobile tapi kayaknya kurang praktis krn programnya mesti diisi sendiri.

    Salam,

    AD
    Lebih baik kalau ingkang putro dipundutke yang baru : Garmin GPSmap 76C Sx. Harga umum sekitar 4,2 jt, kalau mau agak repot brows di internet ada yang berani jual di bawah 3,75 jt. Sama-sama original. Sedangkan kalau sewa harganya sekitar 50 rebu per hari.

    Sayang anak…., sayang anak……

    Salam,

    Yusuf

    Like

  2. he..he…he…jadi ingat zaman saya sekolah dan kuliah dulu…walaupun kebutuhannya tidak secanggih dan semahal anak pak Mimbar…Kayaknya harus siap-siap deh…anak saya permintaannya bakal lebih heboh. Urusan komputer saja sudah minta lap top, dan dia emoh nengok yang buat anak sekolahan…padahal emaknya juga masih belum punya yang pribadi.

    Like

  3. Lha yang lucu, sudah pakai GPS satu orang satu, anak-anak melaporkan bahwa mereka tersesat di Sukabumi. Terus GPSnya apa buat kalung saja..

    Like

Leave a comment