Jual Beli Senjata Api


Pemuda berkulit agak kecoklatan ini memasukkan tangannya ke balik celana blujinnya. Ia mengeluarkan sepucuk Revolver berisikan 17 peluru dan meletakkan di atas meja. Tangan kirinya meraih dompet kumal di saku belakang, lalu ia menghitung uang sejumlah A$5000 (35 juta). “Saya bisa carikan pistol buat anda dalam lima hari, tetapi kalau tertarik senapan serbu seperti AK47, butuh waktu lebih lama dan biayanya dobel. Jadi anda perlu yang mana dan berapa banyak…

Dialog ini bukan di filem. Tetapi dibintangi oleh sebut saja Faizal seorang preman Sydney Australia yang disegani.

Herkules”  versi Sydney ini dalam catatan polisi kerap tarung peluru sesama anggota gang lainnya, dengan meninggalkan 4 tewas dan beberapa luka tembak pada bagian dengkul, satu sasaran favorit dari dunia bawah tanah “kneecaping“, sekaligus sandi peringatan agar tidak main-main dengan kelompoknya.

Gang ini pula yang dicurigai mencuri tujuh pelontar roket dan menjualnya kepada kelompok Mohammad Elomar, seperti biasa dengan predikat “jejaring Alqaida“. Pelontar roket memiliki kemampuan menjebol beton dan merusak kendaraan.

Kepada wartawan, soal jual beli senjata Faizal enteng berucap “tinggal order, dan kesediaan menunggu pesanan datang..” – persis anda pesan motor.

Kepolisian negara bagian South Wales Australia menahan paling tidak 3500 pucuk senjata. Dengan senjata paling favorit adalah Glocks yang berisikan 17 peluru, senapan mesin ringan Uzi sampai Granat tangan. Sementara roket anti tank yang dicuri dari ksatrian Australia dihargai $15 ribu per pucuk. Belum lagi panah ala Rambo yang dilengkapi oleh sinar laser untuk membidik sasaran. Padahal peraturan soal senjata tajam maupun api ini tak kurang kerasnya. Denda sebesar 8 ribu dollar bagi yang kedapatan tanpa ijin atau dua tahun penjara. Rupa-rupanya, soal kepemilikan senjata, Australia enggan mengekor Amerika negara panutannya. Amerika terkenal memberlakukan kebebasan kepada warganya untuk memiliki senjata sebagai pelindungan.

Dulu para pengemudi mobil paling membawa tongkat pemukul baseball sebagai senjata yang diselundupkan dalam kendaraan mereka. Namun kecenderungan meningkatkan ke alat pembunuh yang lebih modern, sudah mulai menghawatirkan beberapa pihak terkait.

Kalau sudah begini, “kelihatannya, masalah teror Bom Bali di Australia, hanya menghitung hari.” ucap seorang senator. Lagi-lagi Indonesia dikait-kaitkan.

Begitu mudahnya membeli senjata mungkin bisa disaksikan saat pembuatan filem Lord of War yang dimainkan oleh Nicolas Cage. Salah satu adegannya, Nicolas Cage sebagai Yuri Olov, seorang Yahudi bohongan sebab menjadi Yahudi itulah caranya mereka bisa hidup di Ukraina.

Sebagai penjual senjata berbicara dengan pamannya Jendral Dmitri. Dalam adegan ini ternyata 3000 pucuk AK4 ini adalah asli sebab mereka lebih mudah membeli senjata di Ukraina, daripada membuat tiruannya. Usai pembuatan filem, senjata ini dijual kembali dengan harga discount.

Bagaimana di Indonesia. Seorang teman mengaku bahwa sekitar 1990an ia pernah harus ke kantor di pagi “Minggu” buta. Dilihatnya setumpuk panjang kertas fax datang dari negara semacam Denmark menawarkan Meriam untuk Tank, senjata serbu dan masker melihat di malam hari. Bisa jadi tawaran senjata salah alamat, maklum email belum dikenal. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada oknum dikantor sipil swasta merangkap jual beli senjata.

Sedikit mengenai PistolGlock
Awal 1980-an departemen pertahanan Australia mengundang para pembuat senjata api untuk mendesign senjata genggam khusus. Gaston Glock sebetulnya perajin barang plastik dan besi tetapi reputasi kerapihan pabriknya membuat ia dipercaya menangani pekerjaan pertama kali, yaitu membuat senjata. Gagangnya terbuat dari polimer sehingga lebih ringan. sekalipun tidak mengurangi kemampuannya sebagai sebuah revolver.

Mimbar Bambang Saputro