Pengabdi saSETAN


Sambil menunggu panggilan boarding putra bungsu di bandara “The Legend Airport” – Halim, kami memasuki sebuah kedai kopi.

“Ada Es Jeruk” tanya kami kepada mbak petugas pemesan order dengan papan nama “Trainee”

“Tidak ada pak, kami disini minuman panas semua..” – tentu yang menjawab si Mbak Trainee.

Lalu kami buka menunya dan tertera “Es Kedondong” – tanpa banyak cincong, es dipesan dan tak lama keluar satu gelas minuman dengan irisan kedondong yang kotak-kotak, dan kedalam gelas ditambahkan es batu bulat-bulat.

“Lho apa ini kok ada es batunya dan dingin?” 

“Oh kalau es kedondong sudah disiapkan dalam gelas dan disimpan di freezer” itu penjelasannya. Kami harus menerima mentah-mentah bahwa es batu kecil-kecil itu sudah disiapkan dalam gelas dan dimasukkan lemari pendingin.

Anak saya bercerita menonton filem yang lagi ngeHit yaitu “PENGABDI SETAN”. Tidak lama Trainee datang membawakan segelas kopi hitam. Begitu dipegang langsung kita bisa menebak suhunya dibawah 90derajat C.

Satu dua tiga tegukan, rasa asam sangat kentara, aroma gosong karamel yang sangat khas dari bubuk kopi instan tidak bisa dicuri. Mau tak mau saya harus berkomentar dalam hati. Memasuki kedai dengan plesetan nama ala Kopitiam, dengan harga sekelas Starbuck – mustinya saya tidak harus menyumpah “Saya bukan pengabdi saSetan-yang istiqomah”.

KOP SASETAN
KOPI TUBRUK saSETAN

 

The Legend Airport


1510-2017-0827356316278519691296880927.jpegRupanya bukan artis saja yang hari jadinya dirayakan di muka umum. Awampun ada yang berperilaku sama.

Bandara HPK.

Habis melepas putra balik ke Balikpapan, saya kembali ke kendaraan. Lumayan gundah, di Bandara Internasional ini cari mobil parkir tidak akan cukup memotret keadaan sekitar, lha seperti dihutan liwang liwung, cuma mengandalkan ingatan saja. Bandara lain parkir mayan mahal namun ada penomoran dan penerangan yang memadai. Bandara ini cuma menang mahal parkir saja.

Saya sedang celingukan mencari kendaraan yang saya parkir. Maklum ada di laut  malam dikegelapan dan “wingit” ala  parkiran Bandara International – yang mendeklarasikan diri sebagai “The Legend Airport” – sayangnya belum terjamah pembangunan sama sekali.

Lha kok didepan mobil kami ada sekelompok orang berdiri berkumpul. Seorang ibu berjilbab memegang kotak berisikan kue lalu  menyalakan lilin.

Belum sirna rasa kaget, terdengar suara nyanyian bersama “Happy birthday” – lalu tepuk tangan, memberikan ucapan selamat dan lilin ditiup.

Kepada bapak yang berbahagia siapapun beliau , dicintai oleh keluarganya, sampai diberi kejutan ucapan selamat ulang tahun di tempat parkir – sayapun ingin mengucapkan “Happy Birthday ya Pak!”

HPK 15102017

[English .. Notice a bunch of people lighting candles on parking area. They celebrate one of the member for his birthday]

 

 

 

 

 

Suatu siang di Terminal Ultimate


13344760_10208094020241311_8555627546900920838_n
Combo yang carut marut .. Kapucino saset ditabrakkan dengan Soto Santan Betawi….

Siang ini saya dapat tugas menjemput dua penumpang, ibu-ibu.  Ordernya begini “jemput kami berdua di Terminal Tiga (T3), itu lho kalau melalui tol Jakarta maka belok kiri ke T1 dan T2 dan  yang ini lempeng, terus ketemu patung Soekarno Hatta yang baru di pindahkan – baru belok kiri.”

Nomor  penerbangan juga disertakan. Lalu saya komentar dalam hati : Oh yang iklannya menjanjikan para pramugari melayani penumpang sambil megal-megol  dengan raut muka seperti baru naik gaji dua ratus persen. Megal megol dari Hongkong! Jutex sih iya.

Semua dikirim melalui pesan WA-setelah komunikasi verbal tentunya.

Rasanya saya seperti anak SD yang diingatkan untuk menggarap PR – harus ada dua garis di bawah PR, sebagai tanda penutup.

Butuh waktu 90menit dari rumah untuk ke Bandara. Kendaraan saya parkir di lot B7 Terminal Tiga Ultimate- Bandara Soeta-Cengkareng.

Sengaja saya pilih paling ujung, sebab saat itu sekuriti mengarahkan kesana. “masih kosong pak!” kata mereka.

Disisi saya  sebuah mobil MPV coklat berkilat parkir disana, nampaknya sudah lama disana – sebab . Saya cuma melihat  kaki tak bersepatu ditumpangkan di dashboard. Pengemudinya boleh jadi di alam mimpi.

Karena masih perlu menunggu minimal satu jam saya langsung menuju  kursi kosong disekitar terminal. Baru saja “mak-nyek” duduk sebentar sebuah bangunan semi permanen dengan tulisan CAFE membuat saya beranjak kesana.

Di dalamnya ada empat kios bergandengan, masing masing dengan spesifikasi masakan masing-masing.

Ada (masakan) Sunda, Jawa, Betawi dan kios aneka minuman. Semua dipajang dalam kotak kaca untuk melindungi debu, dan terutama agar tidak di “mek-mek” dipegang oleh pembeli. 

Pertama saya mendatangi aneka minuman. Pilih kopi pahit – penjualnya bingung. Akhirnya saya memilih sesuai yang dipilihkan pelayan. Artinya “terserah situ aja mas, yang ada aja deh, saya manut..” 

Sambil menunggu pesanan, pandangan saya tebarkan dideretan kursi yang masih banyak lowong, kecuali satu dua orang yang khusuk menghadap layar HP.

Namanya kopi saset, dituang lalu masukkan  air termos – beres sudah. Kadang saya seperti melihat delik Perkosaan terhadap minuman..Dan jangan berhayal upacara tepatnya “penghormatan terhadap minuman bernama kopi” seperti yang diperlihatkan dalam Kopi Klinik, Yogya. (Ref film AADC2).

Baru saja satu sruput dua – Azan Lohor dikumandangkan. Dalam hitungan detik saja kursi di sekitar saya sudah diduduki bapak-bapak dan ibu untuk maksi. Mereka order lodeh, tahu, tempe, soto betawi, sop iga, atau sekedar Indomie. Dan aroma tembakau mulai terasa gurih (kata mereka).

Dari niat tulus suci “ngopi aja” –  iman saya diuji  ketika pelayan bolak-balik melintas membawa mangkok kuah daging dengan aroma emping melinco bereaksi dengan santan kelapa.

O-lala Soto Betawi daging campur.

Bujukan Soto makin kencang…  Ingat itu..kesempatan nyoto cuma sekarang. Bulan depan Azab Pedih kalau kamu makan disini. Lha iyalah..sudah bulan puasa.

Soto Betawi saya order.. Didorong dengan kapucino saset… Kombinasi tak termaafkan kacaunya.

Soal rasa.. Harap maklum hidangan maupun minuman di Bandara memang kampiun soal harga doang dan bukan selera. Mudah mudahan kalau T3 Ultimate sudah beroperasi paling tidak kulinernya bisa bersaing dengan T3 di  Singapura. Orang ke Bandara changi untuk kuliner. Bukan untuk ngedumel “mahal doang.”

Penumpang yang saya tunggu akhirnya datang juga, tetapi dua jam kemudian. Ia kirim pesan “Kami dah mendarat, bagasinya lama. Masuk saja kedalam terminal “ngadem””

Saya membalas WA – “nggak ah aku duduk dibagian merokok…”

“Emang situ merokok?” tanyanya lagi

“Menonton orang merokok..” balas saya. Satu penumpang yang paling senior meminta saya menciumnya – yang segera saya kabulkan.

Akhirnya setelah urusan bagasi selesai, sayapun menghidupkan mobil. Penumpang kasih order “Ke Gang Macan dulu – soto Bogor!.”

Saya cuma berdoa semoga perut bisa diisi lagi dalam jarak makan cuma 3 jam. Apalagi soto gang Macan memang “Macan bener rasanya..”

Sebelum masuk perseneling – saya lihat mobil disamping saya masih menyalakan AC-nya. Kelihatannya pak Supir kendati dirumah kontrakannya selalu kegerahan sehingga sanagat bergantung dengan AC.

Paling tidak dua jam lebih ia parkir dengan mesin dalam keadaan dihidupkan..

Ujung Mei 2016

Porter ternyata juga ada di Changi


Bandara Changi-11-des2011 016
Porter dengan Trolley Hotel berbintang

Lelaki ini bisa ditemui di Terminal III (tiga) – Bandara Changi Airport. Ia seorang porter dan kelihatannya satu-satunya yang beroperasi disana dengan trolley yang bergaya Hotel papan atas. Bertahun-tahun saya meyakinkan diri bahwa di Bandara Singapore kita harus self service, namun 2010-an kita sudah mulai melihat porter menungggu penumpang. Garuda Indonesia menggunakan terminal mewah ini untuk penumpangnya.

Tengok dengan Bandara kita, sekalipun istilahnya cuma nenteng LapTop,  anak-anak muda tanggung dengan pakaian menyerupai seragam porter tetap merebut tas kita untuk dibawakan ke kendaraan. Selama ini mereka manut saja diberi berapa saja oleh kita, namun kalau jinjing satu Backpack saja musti dibantu. Indonesia memang sorga.

Suatu Pagi di Bandara


The blue bags initially was okay by the Officer - but later on the other guy is asking me to pay US$ 38 for the excess

The blue bag initially it was OKAY to be put on Baggage. But other officer ask me to pay US380 (this is Jakarta to Singapore) and Indonesian’s note is RUPIAH

Kopor Biru yang kata orang adalah kopor jinjing sudah nangkring diatas temannya kopor berwarna Orange. Total berat melebihi kuota- ekses setara dengan berat sebuah PC .
Bapak petugas yang berdasi nampak tidak berkeberatan kami memasukkan barang tentengan ini kedalam Bagasi. Aman…
Tetapi saat pria berdasi ini meninggalkan kami, petugas yang duduk di Counter Garuda pada Sabtu 26.11.2011 penerbangan GA826 dari Jakarta – Singapura mulai “sesuai aturan”. Ia keukeuh meyakinkan bahwa kami harus bayar US38 untuk kelebihan kopor ini. Ketimbang berbantah di pagi yang sepi ini, kopor biru yang isinya cuma pakaian saya- kami tarik. Habis perkara.

Tadinya sih kepingin masuk pesawat melenggang tanpa barang jinjingan. Gara-gara 380US, dibelain deh narik-narik kopor pakaian.
Sesampainya di Changi Airport, manusianya baik-baik terhadap penumpang. Tapi tas saya ngadat ia seperti melawan keinginan saya. Setelah saya check wow wow satu bannya terkelupas. Perlu cari tukang vulkanizir ban.

One Bag found over weight. One officer say okay to put on Baggage. Other ask US38 as part of excess baggage. Better carry bags to the cabin