Dari Bui ke Bakmi


Biasanya anak yang lahir dan dibesarkan oleh kakeknya akan menjadi anak manja. Demikian beberapa psikolog berpendapat bahwa tidak dibenarkan kakek dan nenek mereka ikut mengasuh cucunya.

Tetapi manusia adalah produk yang unik, tidak semua pengamatan para akhli sepenuhnya benar. Contohnya Mamofuku Ando yang lahir di Taiwan pada 5 Maret 1910, ada yang mengatakan 1911adalah contoh anak Jepang yang terlahir bukan sebagai anak yang beruntung lantaran orang tuanya meninggalkannya saat usianya masih balita, 3 tahun.

Balita Ando ini lalu diasuh oleh neneknya. Kadang ia ikut membantu menjaga warung sang nenek sehingga sekalipun masih ingusan dan rambut kuncung ia sudah amat mahir masak memasak. Sayangnya dalam ilmu bangku sekolah ia sedikit kedodoran sekalipun sempat mengecap pendidikan di Universitas Ritsumeikan.

Nampaknya hanya pendidikan dagang dari neneknya yang tumbuh kembang subur dalam dirinya.

Menginjak dewasa Ando muda membuka usaha rajut di Taiwan dan Osaka.

Usahanya perajutan bajunya maju pesat namun bukan itu cita-citanya. Ia melirik usaha jual beli senjata dan onderdil pesawat terbang yang membuatnya di vonis dua tahun lantaran dituduh korupsi.

Keluar dari boei, hartanya sudah ludes disita kecuali sebuah rumah.

Pada saat itu 1956 Amerika sedang getol-getolnya memulihkan nama baik dimata rakyat Jepang dengan mengirimkan gandum berkapal-kapal setelah menghancurkan negeri Matahari terbit ini dengan bom atom.

Disebuah Toserba Hankyu di Osaka, Ando melihat bagaimana orang Jepang melahap mie dari terigu padahal semula mereka adalah pemakan nasi.

Ando melihat peluang bisnis!. Menjadi pemasok bakmie. Bedanya ia ingin membuat usaha bakmi yang lain dari yang lain yaitu bakmi yang mudah dibuat. Untuk rasa kuahnya dipilih rasa ayam, mengingat hampir semua orang menyukainya. Cita-citanya nggegirisi, ingin agar rasa mi ayam buatannya tidak pernah bisa disamai oleh orang lain.  Hopo tumon.

Sebuah mesin pembuat mie dibelinya sebagai modal pertama, lalu diemperan rumahnya mulailah ia melakukan beberapa percobaan untuk membuat bakmi yang cukup diseduh air panas langsung boleh dilahap.

Tahun 1958, ia mencoba menjual mie instannya ke toko-toko. Hasilnya luar biasa, dalam waktu singkat dagangannya laku keras membuatnya lebih bersemangat untuk memperluas usaha bakminya.

Setelah emperan rumahnya tidak mampu untuk menampung produksi mie instan, Ando mulai membeli tanah dan mendirikan pabrik Mie.

Pada Desember 1958, ia mendirikan perusahaan mie yang diberi nama NISSIN FOODS. Sekalipun sukses berat, naluri re-inventing-nya selalu diasah. Ia mengincar pasar Amerika dan Eropa. Mula-mula diamatinya cara orang Eropa dan Amerika menyantap bakmi tanpa sumpit melainkan garpu.

Pasalnya bangsa kulit putih berpendapat menyruput mie dari mangkok sambil mengeluarkan bunyi “sroot” bisa dikatagorikan cara makan yang tidak sopan. Tapi tidak berarti menjual “makanan tidak sopan” akan menemui jalan buntu asal tahu taktiknya.

Dari sinilah ia mengembangkan mie dalam gelas, mengisikan bubuk kaldu kering yang siap saji. Ia menjajagi pasar Amerika dengan mie dalam kemasan styrofoam dan garpunya sudah disediakan dalam keadaan terlipat. Kok ya buah pikiran Ando bisa diterima warga kulit pucat.

Puncak kesuksesannya ini ditandai dengan dibangunnya Istana Mi di Shinjuku, Tokyo dan bukan mie saja yang dihidangkan disitu melainkan museum bakmi dan disko.

Mamoku meninggal pada tahun 2007 dalam usia 96tahun. Kata-kata mutiara yang ditinggalkannya adalah “Damai itu bisa diperoleh kalau manusia sudah cukup kenyang..” Kata-kata itu dikeluarkan ketika melihat antrian orang pelbagai bangsa menunggu giliran membeli mipada suatu malam yang dingin menyergap seusai perang dunia II.

Sebelum tutp usia pada bulan Juli 2005, ia melihat tayangan dimana bakmi buatannya dimakan oleh astronot Soichi Noguchi di dalam pesawat ulang alik Discovery. Ia terkekeh sambil berkomentar, akhirnya kesampaian juga cita-citaku agar mi bisa ke luar angkasa.

Kalau dunia otomotip dan elektronik terkenal dengan nama Matshuhita, maka Ando adalah bapak mi instan.

Mie instan masuk Indonesia pada 1960-an. Saya sendiri sampai sekarang lebih suka menyantap produk Nissin – karena sejarahnya.

Di Inti dan Sarikan dari Intisari
4 Juli 2002

Foto from http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Andos_Workshop.JPG

http://www.theage.com.au/news/world/instant-noodle-inventor-dies-at-96/2007/01/06/1167777312340.html

Menghadapi pasangan yang marah cara Arab


Dalam kisah di tanah arab , ada nama seorang tokoh yang terkenal yaitu sebut saja UBK. Perangainya keras, bekas tindakannya selalu meninggalkan bekas yang kentara. Kalau di Mahabrata, perangainya mirip Bimasena, kalau di era “kudeta dan AK47” kira-kita seperti Gogon (Sumargono), well, kurang lebih. Baginya perundingan dan diplomasi adalah pekerjaan omong kosong. Setuju bilang setuju, tidak setuju, minggiiir.Suatu ketika seorang pria Arab mendatangi rumah UBK yang Arab juga. Nampaknya ia membutuhkan nasihat atas problema keluarga. Dialognya kira-kira begini:

“Wahai, sahabatku UBK” – saya tidak mengerti mengapa selalu dialog dalam kisah-kisah negeri Arab banyak dimulai dengan seruan “wahai”, sehingga saya harus membayangkan pria Arab berjenggot panjang, bergamis, lalu mengucapkan wahai dengan merentangkan kedua tangannya sambil telapak tangan terbuka ke atas, dan biasanya tidak mungkin berbisik.

Atau, kalau boleh saya membayangkan ada suara tanpa rupa, pakai echo. Ngomongnya pelan-pelan. Sehingga yang mendengarkannya ikut hanyut efek psychodelik.

Andai saja ceritanya berasal dari Indonesia, bisa jadi didahului dengan kata-kata “Ngomong-ngomong soal bla bla bla….”

Ha, rupanya, dia menceritakan perangai isterinya yang suka marah kepada suami. Kalau lagu dangdut “sapi”ring berdua syairnya berbunyi, “pagi makan sore tiada”, ini jadinya “pagi marah, sore apalagi.”

Cara mengomelnya bisa digambarkan kalau di jaman Walt Disney, pas untuk melukiskan “Dessy si Bebek” marah kepada Donald. “Mau diapakan sebaiknya isteriku ini,” tanya Arab tadi menunggu nasihat UBK. Si penanya rupanya mengharapkan anjuran tindakan non diplomasi dari UBK. Marahnya sang penanya kalau di expresikan di filem kartun seperti seekor gajah marah, lantas duduk diatas kaktus. Kartunnya digambar merah diclereti hitam, kepalanya mengepul asap. Kira-kira demikian.

UBK segera menggamit lengan temannya, sambil berbisik dekat telinga temannya dia berkata. “Wahai temanku, apakah isterimu selama ini memasak untuk mu ?”

+ Ya, tentu *wahai* UBK.

“apakah isterimu melahirkan dan menyusukan anak-anakmu ?” (kali ini Wahainya saya remove)
+Ya, tentu hai UBK

“apakah isterimu mencuci pakaianmu yang kotor ?”

+Ya, tentu UBK

Kalau memang demikian, saran saya, kalau dia masih juga marah, diam dan dengarkan saja ocehannya, jangan dijawab, mungkin mereka keletihan setelah seharian bekerja, sebab isterikupun kadang berbuat demikian kepadaku.

Sahabat kita pulang, dia tidak mendapatkan semacam “mumbo jumbo” atau penyelesaian ala buku masak. Atau kisah yang “mengancam”, akan azshaab yang pedih dan sadis. Kelihatannya memang tidak ada penyelesaian, tetapi paling tidak orang tadi ada teman mengadu, dan dia tidak merasa sendiri di dunia.